Data ini sungguh memprihatinkan, 90% siswa sekolah dasar kelas 4-6 di Jabodetabek diketahui pernah terpapar pornografi. Sebagian besar tak sengaja melalui media game online 13 persen, internet 13 persen, dan handphone 5 persen. Ini hasil survei Yayasan Kita dan Buah Hati terhadap 2.064 responden siswa kelas 4-6 pada tahun lalu.
Kondisi memprihatinkan di kalangan anak-anak ini tidak lepas dari kemudahan mereka mengakses internet. Entah lewat smartphone, komputer, atau laptop. Entah di rumah, di sekolah, atau di lingkungan sekitar. Per Januari 2016, ada 300 juta lebih nomor telepon seluler yg aktif. Sebanyak 88 juta aktif berinternet. Artinya sekitar 30% dari populasi Indonesia, dengan rata-rata konsumsi 4,5 jam per hari.
Indonesia memang ‘melek’ internet di sesuatu sisi, tetapi buta literasi internet di sisi lain. Inilah ciri masyarakat digital Indonesia sekarang.
“Tentang perkembangan ketika ini, kalian khawatir ada sebagian anak dan remaja yg dapat kebablasan memanfaatkan internet buat hal-hal yg tak patut dan cenderung mengganggu perkembangannya. Tentu masih ada sebagian yg memakai internet buat hal-hal yg patut dan bermanfaat. Konduite ini yg harus selalu didorong,” ujar Nia prihatin.
Keprihatinan senada juga dialami oleh PT Telkomsel, anak usaha PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom). Sebagai operator yg menyediakan akses internet lewat teknologi seluler/mobile, operator nomor sesuatu dengan 157,4 juta pengguna, ini terpanggil buat aktif melakukan aksi nyata bagi masyarakat internet di tanah air.
Rifki Syahbani, Manager CSR Environment & Ecosystem Telkomsel, mengakui ketika ini broadband (internet cepat) di Indonesia semakin luas, yg didorong harga jual gadget yg semakin murah. Ditambah fenomena big data di masyarakat Indonesia yg aktif memakai media sosial. Bayangkan, pengguna Facebook dan Twitter Indonesia masuk kelompok lima besar di dunia.
Fenomena big data ini membawa gerbong problem di dalamnya. Mulai dari kecanduan internet, cyber bullying, dan perilaku online yg ekspresif seperti masalah Awkarin, selebriti media sosial Indonesia. Ringkasnya, ada perubahan demografi digital yg luar biasa, seandainya tak dibangun kesadaran bersama, dapat berbahaya.
“Kalau tak bergerak, fenomena ini dapat mengerikan. Semula kita bikin kampanye, tetapi belum masif. Sekarang masif lewat kampanye Internet BAIK,” ujar Rifki.
Apa itu kampanye Internet BAIK?
Internet BAIK maksudnya penggunaan internet yg Bertanggung jawab, Aman, Inspiratif, dan Kreatif (BAIK). Kampanye cyber wellness ini menyasar segmen anak-anak (murid sekolah Dasar kelas 4-6) dan remaja (murid Sekolah Menengah Pertama) sebagai entry level pengguna internet. Kemudian menyasar orang tua murid dan guru yg berperan sebagai pengawas dan pendamping.
Kampanye Internet BAIK ini berlangsung selama 4 hari, yg diisi dengan kegiatan sosialisasi, workshop, seminar, pelatihan kepada siswa SD-SMP, orang tua, dan guru. Agar tak membosankan, di kelas edukasi, siswa dan orang tua tak cuma mendapat ilmu boleh dan tak boleh dikerjakan (Do and Don’t) dengan internet. Tapi, belajar bikin konten, aplikasi, dan lain-lain.
Diajarkan pula tata krama di media sosial, seperti harus respek dengan orang lain, tak mengejar popularitas/pujian, serta menjunjung tinggi etika dan kepatutan. Serta tips-tips menarik seperti pembatasan waktu memakai internet, cerdas memakai smartphone, dan aplikasi produktif.
“Kami memilih membuat Internet BAIK. Jadi sebelum bicara smart city, smart country, kalian bikin orangnya smart dulu. Prinsipnya, kita ingin siswa dan orang tua tak cuma tahu gunakan internet, tetapi paham mengunakannya,” ujar Rifki.Internet BAIK dikerjakan di 12 kota. Kick off telah dikerjakan di Yogyakarta, 2 Agustus lalu, dan mulai berakhir di Desember tahun ini. Kampanye mulai menjangkau kota Tenggarong, Nunukan, Tasikmalaya, Kupang, dan Medan. Kemudian Pekanbaru, Palembang, Banyuwangi, Manokwari, Bantaeng, dan Bekasi.
Agar kampanye ini efektif dan optimal, Telkomsel menggandeng dua mitranya, seperti ICT Watch, Yayasan Kita dan Buah Hati, serta pengembang aplikasi parential guide, Kakatu. Bersama para mitranya, Telkomsel berharap terbentuk komunitas sosial dan mendorong lahirnya ada gerakan sosial di setiap kota sehingga kampanye internet BAIK ini semakin kuat di masyarakat.
“Buat Telkomsel, kampanye ini bagian dari upaya menjaga reputasi Telkomsel. Bagian dari program Telkomsel bikin keren Indonesia. Sebagai operator nomor sesuatu dan paling Indonesia, kita ingin memberikan value yg bermanfaat ke pelanggan kami, masyarakat Indonesia. Telkomsel tak sekadar cari keuntungan,” pungkasnya.
Sementara Bunda Nia dari Yayasan Kita mengakui kampanye Internet BAIK sangat perlu, mengingat perilaku berinternet mampu ke beberapa arah: baik dan buruk. Faktanya ketika ini banyak orang tua belum sepenuhnya paham dan mampu mengikuti kecepatan perkembangan di dunia maya, sementara anak-anak lebih cepat tahu dan menguasai hal terbaru di internet. Padahal anak-anak belum matang otaknya dalam mempertimbangkan baik-buruk, benar- salah, boleh-tidak, sehingga sebenarnya mereka perlu didampingi orang tua buat menentukan mana pilihan yg aman untuk mereka di internet.
“Jadi kampanye ini perlu bagi menolong orang tua dan guru paham soal hal-hal buruk dan baik di internet, sehingga mereka dapat membimbing anak-anaknya agar melakukan hal baik di internet,” ujar Bunda Nia.
Konsumsi internet yg tinggi tanpa literasi yg bijak, juga menjadi perhatian Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia (APJII). Rupanya asosiasi internet service provider (ISP) ini sedang menyelesaikan pembangunan Layanan Hub Pengelolaan Konten, yg mulai berfungsi menyeleksi konten internet. Tujuannya, konten Internet yg mulai dinikmati masyarakat Indonesia adalah konten internet yg Bersih, Selektif, dan Kondusif atau disingkat BERSAMA.
Menurut Henri Kasyfi, Sekjen APJII, Hub internet BERSAMA ini memungkinkan konsumen memilih konten-konten aman ketika berinternet ria. Masyarakat mulai bisa menikmati layanan ini melalui penyelenggara jasa internetnya masing-masing yg telah menjadi anggota APJII, ucap Henri.
Kurikulum Internet
Kampanye Internet BAIK ini bukan cuma bertujuan siswa SD-SMP, orang tua, dan guru tahu mana yg boleh dan tak di internet ( Do & Don’t). Asa besarnya, anak-anak Indonesia seimbang mengonsumsi internet. Antara konsumsi gadget dan beraktivitas sosial/bermain. Antara berlaku sebagai consumer dan producer/developer.
“Tapi goal besarnya adalah mendorong pembuatan kurikulum internet di pendidikan usia dasar di Indonesia, seperti negara maju Singapura dan Korea. Contoh, Singapura milik kurikulum pendidikan internet di sekolah-sekolah dasar. Mereka menyadari perlu dibatasi paparan penggunaan gadget, dan mengembalikan manusia sebagai makhluk sosial,” ujarnya.Untuk itu, kampanye Internet BAIK ini mulai selalu diperkuat di masa datang, dengan memperluas cakupan kota, memperbanyak duta, dan tidak mengurangi mitra strategis baik di pemerintahan maupun swasta. Kolaborasinya menjadi nasional, meskipun berawal dari Telkomsel.
“Internet BAIK punya segala orang, bukan punya Telkomsel, sehingga menjadi bagian di keluarga Indonesia, di masyaraakt kita, dan di sistem pendidikan nasional,” pungkasnya.
Sumber: http://www.merdeka.com